TSUNDOKU


Pernahkah ngga sih kamu beli buku bahkan dalam jumlah yang banyak namun ngga sempet membacanya? Hayooo ngakuuuuu.

Dalam istilah psikologis, fenomena ini disebut dengan Tsundoku.

Kata ini populer pada akhir abad ke-19 di era Meiji Jepang. ‘Tsundoku’ adalah menimbun buku namun tidak pernah membacanya.

Sahoko Ichikawa, dosen senior dalam bahasa Jepang di Cornell University, menjelaskan bahwa ‘tsunde’ berarti (tumpukan hal-hal) dan ‘O ku’ adalah (meninggalkan untuk sementara waktu). Nah, apakah kamu juga pernah mengalami tsundoku?

Terus biasanya orang langsung mborong beli buku alih-alih bilang, pokoknya beli dulu, ntar dibacanya. Entah kapan sempetnya baca eh tau-tau uda setaun malah belum dibuka. Atau kalau ngga, cuma baca selembar dua lembar kemudian nguap dan main gawai lagi. Scroll IG, liat olshop dan ah kalian bisa tau lanjutannya.

Apa kabar buku-buku itu?
Buku-buku yang tidak kamu baca itu, kelak akan diminta pertanggungjawabannya di hari kiamat.

Buat apa beli buku jika tidak dibaca?

Yuk balik saling bermuhasabah ❤

#tsundoku
#belajarbarengantologimasa
#belajarbareng
#seninselasamengeja

Rabu Baca Buku : Parenting ++ Jilid 1

Buku ini merupakan kumpulan tulisan di dunia maya yang ditulis oleh Elly Risman and Family. Harapannya agar mudah dinikmati dalam bentuk hard copy.

Menurut saya buku ini kaya akan pengalaman dari masing-masing penulis. Hal-hal yang dialami dari kehidupan sehari-hari yang dilengkapi dengan ilmu dan sarat makna tentunya.

Saya menikmati tiap judul, tiap kejadian dan pengalaman penulis. Selalu ada hikmah di setiap cerita, yang membuat saya bisa belajar banyak. Meskipun, parenting bukan hanya tentang teori, karena keadaan dan kondisi setiap keluarga bisa berbeda. Tapi setidaknya, buku ini adalah ikhtiar yang dapat disumbangkan bagi ketahanan keluarga Indonesia, ketahanan bangsa.

Semoga pula anak-anak kita inilah nanti yang menjadi pemilik dan penguasa dari berbagai kekayaan alam yang dianugrahkan Allah di bumi negeri tercinta ini, di atas dan di bawah tanah dan di kedalaman samuderanya.


Elly Risman, Psi.

Psikolog, pakar parenting, pendiri Yayasan Kita dan Buah Hati Indonesia.
Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia pada 1979 dan mendalami berbagai kelas parenting selama berada di Tallahassee, Florida.

Sekembalinya ke tanah air pada 1998, bunda Elly langsung memutuskan untuk mendirikan sebuah yayasan nirlaba yang diberi nama Yayasan Kita & Buah Hati.

Yayasan yang dibentuknya bersama dengan Neno Warisman dan Ery Soekresno ini memiliki spesifikasi dalam bidang Parenting atau pengasuhan anak dalam keluarga.

#raburesensi
#rabubacabuku
#raburesensiantologimana
#belajarbarengantologimasa
#berbagibersamaantologimasa
#ellyrismanparenting
#ellyrismanfamily

Benarkah Depresi Bukan Kurang Iman?

Percakapan random berikut ini nyatanya bisa membuahkan sebuah pemikiran baru. Sebuah kesegaran di anatara hiruk pikuk keimanan yang kadang naik turun tak tahu arah. Hanya ‘sebuah’ pertanyaan random dari ‘sebuah’ kaos di salah satu akun IG yang mnegasuh psikologi umum but bisa jadi tema baru.

Berangkat dari sebuah kaos bertulisan :

Kitty (K) dan Lintang (L)

K : Tulisan kaosnya depresi bukan kurang iman. Ya Allah.

L : Apa sih mba?

K : Itu tulisan kaosnya. Nih logikanya ya selain mendekatkan diri ke Tuhan yang nyiptain jiwa terus ke siapa lagi?

Ga ada yang lain kan? Bener-bener deh, Ntang. Kamu sama temen-temenmu harus ngangkat topik ini sebagai tulisan, di luar keilmuan kalian yang bukan psikologi.

L : Depresi berarti kurang beriman?

K : Iya. Tanggapan dari orang non psikologi gimana? Hampir semua psikiater dan orang psikologi setuju semua soalnya. Aku makin sedih, dunia makin sesat.

L : Kalau aku sebagai non psikologi ya jelas, depresi karena kita kurang dekat sama Allah.

Btw, kalau menurut mereka depresi bukan kurang iman, terus apa dong?

K : Menurut mereka yang bener adalah datang ke psikolog dan psikiater untuk ngurangin depresinya.

L : Gilee aja. Mana ada ceritanya berharap sesama manusia.

K : Kalau dari buku emang salah satu penyebabnya adalah jauh dari Allah.

Walaupun kita ngaji atau shalat belum tentu dia dalam keadaan 100% dengan Allah. Itu yang sulit diterima oleh mereka para penderita depresi khususnya yang merasa dirinya banyak ibadahnya. Padahal amalan hati saat beribadah juga penting loh.

Kemarin nih Ntang, ada satu orang di acara book club penderita depresi, dia ga terima dan katanya dia justru depresi saat dia banyak ngaji. Nah, urusan hati emang patut dipertanyakan. Dan biarlah itu urusan dia sama Tuhan.

L : Oh ya? Bisa gitu ya. Banyak ngaji kok malah depresi?

K : Iya. Aku juga sering kok ngaji tapi merasa jauh sama Allah. Jadi mindful (fokus) dalam ibadah itu penting. Yang dibilang GitaSav itu bener kalau connection with God is not strong enough.

L : Ya lah. Pernah juga ga sih, pas shalat lupa uda sampe rakaat berapa? Malah mikir ini itu to do list yang belum dikerjain? Karena Al-Fatihah dan Qulhu series emang udah ngelontok hapal di luar kepala. Ya karena kita tidak menghadirkan Allah dalam kehidupan kita.

K : Nah itu dia. Bener banget. Takwa itu kan artinya menghadirkan Allah dalam setiap aktivitas kita. Terutama shalat dan ibadah utama lainnya kan, Ntang.

L : Kata temenku, Diane Tice melakukan penelitian selama bertahun-tahun dan dirangkum dalam bukunya HandBook of Metal Control dan rubrik Psychology Today yang akhirnya membuat dia balik ke ranah “Illahi”

K : Bener Ntang. Aku setuju. Kita beneran harus balik ke Sang Pembolak balik hati. Kalau aku sih kuncinya disaat manusia tidak bisa megang janji, kepada siapa lagi kita harus berharap selain Allah, yang di Al Qur’an sendiri Dia bersumpah tak akan ingkar janji.

It’s all about our high expectation to human that make us depressed.

Tapi kita juga harus kenali tanda-tanda gejala depresi biar kita bisa temani orang itu tanpa menghakimi kalau dia kurang iman.

Intinya pengertian dan jangan nge-judge dulu kalau ketemu orang ini.

Memang bener kok faktanya orang depresi karna jauh dari Allah, tapi mana ada sih orang yang mau dikatain ga ada imannya?

Jadi solusi pertolongan pertama untuk orang depresi hanya cukup menjadi kuping bagi mereka dulu. Mereka hanya ingin didengar kok. Baru pelan-pelan kita masuk ke hatinya untuk selalu ingat Allah.

Dulu Ntang, waktu aku sempat depresi, aku ngerasa ga ada orang yang mau dengerin aku. Sampe aku pasrah dan serahkan semuanya ke Allah. Ya tapi kan ga semua kaya gitu. Ada sebagian yang ga bisa mikir dan bawaannya malah pengen bunuh diri.

Nah yang kaya gini yang jangan kita hakimi. Kita harus bener-bener jadi temennya dulu sampe dia bisa nerima keadaan.

L : Ya emang kadang kondisi seseorang lagi labil dengan iman yang lagi naik turun Mbak. Kadang orang depresi dikasi tau juga juga bolong kupingnya lewat doang.

Bener ga sih, kalo semua balik lagi ke dirinya. Maksudnya ya dia sendiri yang bisa nentuin sembuh apa nggaknya. Karna kadang, dia sendiri belum mau menerima kondisinya yang sedang depresi.

K : Nih ya aku saranin ya kalau boleh, bentuk sedekah yang ga perlu ngeluarin duit tapi juga dapat pahala : prasangka baik. Kadang kita begitu gampangnya berasumsi sebelum mengalaminya.

Perlu dipahami dalam keadaan depresi, dada terasa sempit. Dan emang gitu arti dari depresi, Ntang. Bukan telinga yang bolong.

Tapi dada yang sempit itu bisa dibuka pelan-pelan dengan penerimaan kondisi diri dulu. Dan itu butuh orang yang bisa mau pahami dia sampai fungsi kehidupan bisa berjalan normal kembali.

L : Susaaaaah. Hahahaha.

K : Bisa kok.

Justru prasangka itu pengikis amal kebaikan tanpa disadari.

L : Indeed.

*Kitty adalah seorang psikolog lulusan Universitas Indonesia yang sedang menapaki jalan hijrahnya dan belajar sangat banyak tentang ilmu agama. Sering membuka wawasan sempit saya, membuka mata dan pikiran pendek saya, mengajari tanpa menggurui, ringan tangan dalam membalas pertanyaan, tak segan bertanya bila tak paham, selalu down to earth dalam berbagi apapun. Semoga Allah senantiasa melindungimu, melimpahi keluargamu dengan keberkahan rezeki dan segala doamu terijabah Allah, duhai kakak ku sayang ❤

#depresi #depresikurangiman #randomtalk #challenge #challengeantologimasa

Sanitasi Buruk Ternyata Bisa Menyebabkan Stunting

Mungkin masih ada yang belum tahu, apa sih stunting itu? Dan seberapa penting kita perlu mengetahui tentang stunting?

Oke sekilas tentang stunting ya..

Jadi sebagian besar masyarakat kita masih belum paham benar dengan istilah stunting. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama. Hal ini mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak yang lebih rendah atau pendek dari standar usianya.

Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia terutama di Indonesia. Ancaman stunting bisa berpengaruh terhadap kemampuan daya saing suatu bangsa. Anak yang terindikasi stunted, bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (pendek dan kerdil), melainkan juga terganggu perkembangan otaknya. Hal ini tentu saja bisa mempengaruhi kemampuan dan prestasi anak tersebut, produktivitas dan kreativitas di masa usia produktif.

Pemerintah berupaya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi stunting, antara lain: Continue reading “Sanitasi Buruk Ternyata Bisa Menyebabkan Stunting”

Menumbuhkan Perjuangan Indonesia Melalui Asian Games 2018

asian-games-2018_20180724_103320

sumber

Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games pada tanggal 18 Agustus hingga 2 September 2018 mendatang. Indonesia sebenarnya adalah tuan rumah cadangan pada perhelatan akbar gelaran Asian Games ke XVIII setelah Vietnam yang memilih mengundurkan diri karena masalah internal negara. Ditunjuk oleh Badan Olahraga di Asia atau Olympic Council of Asia (OCA), Indonesia berhasil melewati persaingan antar negara seperti Tiongkok dan Uni Emirat Arab yang juga memiliki persiapan matang sebagai pewakil Asian Games 2018. Continue reading “Menumbuhkan Perjuangan Indonesia Melalui Asian Games 2018”

It’s OK, to be Not OK

“Yang paling mengerikan adalah kita tidak sadar kapan depresi itu datang. Atau meskipun sadar, kita sering kali menyangkalnya. Image negatif membuat predikat ‘penyandang depresi’ banyak dihindari di masyakat kita, bahkan sampai saat ini. Itu lah yang menyebabkan penanganannya pun tidak bisa tuntas. Tahu-tahu korban bunuh diri bermunculan.

It’s OK, to be not OK.”

-Sore-


Masalah depresi adalah bahasan paling berat menurut gue. Ketika persoalan ini ditanyakan ke mereka yang punya keyakinan Tuhan di atas segalanya.. jawabannya tidak jauh dari persoalan iman. Tapi sebaliknya ketika ditanyakan ke mereka yang mengedepankan sisi medis jawabannya adalah depresi merupakan mental illness karena adanya chemical imbalance di otak.

Gue? Di mana letak pijakan gue? Continue reading “It’s OK, to be Not OK”

Depresi dan Prinsip Ketuhanan

Kemarin dapat tema challenge tentang Depresi dari sudut pandang diri sendiri. Terus bingung dong ya otomatis, karena takut menjadi sesuatu yang dipandang sensitif bagi banyak orang, khususnya bagi saudara kita yang mengalami depresi. Namun kali ini saya ingin mencoba memberikan sudut pandang dari kacamata pembelajar yang tentunya bukan orang Psikologi. Bismillah…

Yah, ada orang yang mengatakan bahwa orang-orang yang menderita depresi adalah orang yang tidak memiliki kekuatan iman dalam hatinya. Saya pun sependapat dengan hal ini. Mengapa? Tentu netijen lebih tahu bagaimana sih kita sebagai orang beragama mendengar fenomena bunuh diri karena depresi, misalnya? Continue reading “Depresi dan Prinsip Ketuhanan”

Team Reduce Mana Suaranya?

Saya adalah orang yang tidak begitu terampil dalam hal mendaur ulang barang bekas. Hal terakhir dan paling sering saya lakukan adalah menjadikan kaos atau baju yang sudah tak terpakai menjadi kain pel atau lap kaca rumah atau mobil. Hehe…

Ah, mungkin ada satu lagi. Melubangi botol bekas minum menjadi alat penyiram bunga anggrek yang akhirnya berujung pada matinya empat pot tanaman anggrek yang sudah saya beli. Begitulah.

Saya lebih memilih untuk mengurangi penggunaan plastik dan sterofoam daripada harus meluangkan waktu untuk mendaur ulang barang-barang yang sudah tak terpakai di rumah. Karena saya sadar, saya tak se-terampil ibu-ibu atau mbak-mbak di luar sana yang berhasil mengubah kaleng bekas menjadi wadah bumbu dapur yang lucu dan menyejukkan mata.

Hal kecil yang bisa saya lakukan untuk ikut andil menjaga bumi adalah dengan selalu membawa canting ke pasar. Continue reading “Team Reduce Mana Suaranya?”

Ayo Sedekah Jelantah!

Apa bayangan ibu-ibu mendengar kata jelantah?

Pasti nggak jauh-jauh dari minyak kotor, dekil, ngga bisa dipakai lagi karna bikin tenggorokan gatel. Jadi harus segera dibuang sejauh mungkin. Nah kan. Bagi saya dulu, jelantah adalah tetesan surga. Halah. Eh beneran loh. Karena saya bener-bener mencari sisa jelantah agar bisa mengantarkan saya menjadi Ahli Madya. Karena minyak jelantah yang kami teliti saat itu ternyata memang berpotensi menjadi biodiesel. Wah keren kan.

Nyatanya hingga saat ini memang jelantah hanya dipandang sebelah mata. Hanya beberapa orang yang sudah menemukan nilai gunanya dan mau bersusah payah menyulap jelantah agar bisa bermanfaat lagi. Masih banyak rumah-rumah yang belum mau mengolah limbah minyak jelantah rumah tangga mereka. Kalau satu rumah saja yang membuang jelantah mereka ke wastafel memang ‘terlihat’ sedikit, tapi bayangkan kalau se-RT, se-kecamatan, tukang gorengan, warung-warung, semua rumah se-kota membuang jelantah mereka semena-mena, semua yang awalnya sedikit pun akan terakumulasi dan jelas mencemari badan air. Hal ini yang akan mengganggu makhluk hidup dan ekosistem sungai-laut. Mau sampai kapan hal ini berlangsung? Continue reading “Ayo Sedekah Jelantah!”

Pak Ahmad Guru Petualang

Ada beberapa guru yang memberi kesan kepada saya, ya meskipun mungkin mereka nggak terkesan sama saya. Maklum di sekolah, saya bukanlah murid yang terlalu menonjol, entah karena prestasinya atau karena kenakalannya. Saya ini termasuk dalam kategory murid biasa-biasa saja.

Nah, kali ini saya mau menceritakan guru SD saya yang bernama Pak Ahmad. Karena namanya yang mainstream banget saya dan temen-temen suka bikin lelucon dengan lagu mainan “Pak Ahmad jualan tomat” yang hits waktu itu. Beliau adalah wali kelas saya waktu kelas 5 SD. Meski bertubuh yang bisa dibilang mungil untuk ukuran laki-laki dewasa pada umumnya, tapi semangatnya luar biasa. Kumis tipis yang tak pernah dicukur sampai habis itu membuat kesan awet muda di wajahnya. Selalu tersungging senyum di wajahnya saat memasuki kelas.

Bapak inilah yang pertama kali ngajarin kami untuk belajar demokrasi (ceileh). Kalo biasanya ketua kelas dan wakil kelas di tentuin sama wali kelas, di kelas yang dibimbing Pak Ahmad tidak demikian. Kami di beri kebebasan dalam memilih ketua kelas dan wakilnya. Kami di suruh menuliskan diselembar kertas kecil nama siapapun yang kami mau untuk jadi ketua kelas. Mau nulis nama sendiripun tak apa.

Continue reading “Pak Ahmad Guru Petualang”